Air beriak tanda tak dalam????

Kata pepatah "air beriak tanda tak dalam" yang kurang lebih artinya: banyak ngomong itu gak banyak "isi". Sama seperti "tong kosong nyaring bunyinya", mirip-mirip dah.

Kroscek ke Google dan keluar pengertian dari Wikiquotes: 
  1. orang yang banyak bicara biasanya tidak berilmu.
  2. orang yang terlalu banyak berbicara adalah orang yang tidak terlalu paham masalah pembicaraannya
Apa benar begitu? 

Mungkin memang pada umumnya begitu, karena pepatah dibuat biasanya berdasar kesimpulan dari apa yang sering terjadi kan? Dan memang kalau dilihat-lihat secara umum pun saya akan setuju. Tapi dalam hidup, banyak kejadian atau pribadi yang tidak bisa langsung disimpulkan seperti teori yang ada. 

Kemarin saya ngobrol dengan seorang sahabat, lalu dalam pembicaraan kami (yang entah membahas apaan sudah lupa karena terlalu lama dan kompleks haha) dia menyebut pepatah itu, dan saya tiba-tiba menyahut: "Eh saya beriak tapi dalam loh!" Dia tertawa terbahak-bahak mendengar sanggahan saya, sambil bertanya: "seberapa dalam?" "1,5 meter dalamnya! hahaha" seloroh saya bercanda, menyebut tinggi badan saya. Namun kemudian saya berpikir, iyah yah untuk sebagian orang (mungkin semua) saya tergolong banyak bicara, eh tapi saya tidak tergolong tidak berilmu loh. *maksa* haha

Tapi itulah yang terjadi, kita selalu bertendensi untuk menilai buku dari sampulnya, dan itu normal, secara yang kelihatan diluar kan sampulnya doank hehe. Namun, dari pengalaman saya menilai orang, 80% keliru *aduh*

Dulu pernah punya pembantu namanya mbak Ti, bau badannya buset dah, setelah dia bersihin kamar PASTi deh itu kamar bau badan dia, dan baunya awet banget! Biasanya sampai papa pakai semprotan anti-bakteri untuk mengusir baunya biar cepet pergi. Muka si mbak ti juga kurang "menyenangkan", gak bisa deskripsiinnya tapi yah... muka-muka yang kalo ngeliat juga gak terlalu demen gitu loh.... tapi.... ternyata si mbak Ti ini orangnya super baek. Mama yang berpendapat: "aduh bau begini pasti malas mandi". Eh enggak loh, dia masuk nominasi mantan pembantu yang paling rajin malah. Kalau ada waktu senggang saya dipaksa untuk belajar naik sepeda (waktu itu saya kelas 5SD) sambil dituntun dengan sabar, dan sampai saya bisa naek sepeda! Setelah saya bisa naek sepeda, ada waktu senggang dia akan bikin kue, entah jajan pasar, entah kue goreng, apapun itu. Gak  malas, kreatif pula. So we were definitely wrong!

Kisah lain waktu saya pergi ke Macau, dan anda tahu saya selalu jalan sendiri (nggak selalu sih, kebanyakan, soalnya jarang ada yang bisa cocok dengan jadwal-bukan-hari-libur-liburan saya dan gaya "merakyat" yang entah itu naik bus, angkot dan kadang ada adegan harus tidur di airport demi hemat haha)
Nah, singkatnya saya waktu itu tersesat (kayaknya udah pernah cerita di blog blog sebelumnya) Dan gak bawa uang Macau, karena kupikir RenMinBi (chinese Yuan) pasti bisa dipakai disana karena sekarang nilainya lebih tinggi. Tapi tidak untuk bus umumnya! Bus umum Macau hanya menerima koin Macau atau Hongkong Dollar. 
Saya sudah didalam bus dengan sopir yang tampang seram, gundul, tangannya penuh tato dan dari tadi ngebentak-bentak para penumpang yang kurang bergegas jalan di dalam bus dan membuat antrian berdesak-desak. Saya penumpang terakhir, pintu ditutup dibelakang saya secara otomatis. Sambil bus berjalan pelan semua orang membayar, tiba giliran saya, saya sodorkan uang RMB saya, sambil berkata dalam bahasa Mandarin bahwa saya tidak punya uang kecil. Dia melihat saya dari atas kebawah sambil melihat ransel saya, lalu bertanya dengan bahasa mandarinnya yang patah-patah: "Mau kemana?" "mau ke ..... (gak hafal alamat saudaraku, sambil menyodorkan kertas alamat)" "Wah ini lain jurusan!" "Hah??? Lalu???" "Sudah duduk saja, nanti ganti bus" Beberapa menit kemudian ada pemberhentian dan saya dipanggil, lalu kasih instruksi untuk naik bus lain yang nomornya 18. "Ingat yah 18.. ingat!!" sambil dia merogoh sakunya mengambil koin lalu ditariknya tangan saya dikasih koin sejumlah harga naik bus. Saya tertegun (bahasa jermannya Ndomblong) sesaat lalu berusaha membayar kembali dengan memberikan lembaran RMB saya, tapi beliau menolak, mengembalikan uang saya sambil menggambar dengan tangannya tulisan angka 18 (beliau kelihatan cemas saya tidak mengerti mandarinnya) saya mengangguk-angguk (sedikit membungkuk hormat) sambil mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Lalu tangannya menginstruksi saya untuk segera turun sambil masih berteriak sebelum pintu benar-benar tertutup: "Ingat, nomor 18!!"

Memandangi bus lewat dengan tertegun air mata saya sudah mengalir, ya saya menangis bersyukur ada orang demikian baiknya. Padahal kalau dari penampilannya gangster banget! Tatoonya juga seram.... tapi hatinya baik,  saya dikasih tumpangan gratis ke pusat kota, masih diberi uang untuk bus selanjutnya. God bless that man in return surely!

Ada banyak sebenarnya, kejadian yang menyimpulkan kesalahan saya menilai orang dari penampilannya saja, tapi untungnya Tuhan memberi saya berbagai kesempatan untuk merasakan kebaikan/keramahan orang-orang tersebut sehingga saya bisa belajar untuk tidak menempelkan label kepada orang hanya berdasar penampilan mereka saja. (karena entah kenapa otak saya ini otomatisnya "too judging" *my bad*)
Oh iya, yang terbaru yang kemarin saya ceritakan, si pretty boy haha. Untung Tuhan juga membuat saya melihat pribadinya sehari sebelum acara berakhir, bila tidak mungkin sampai pulang pun saya masih beranggapan bahwa dia seorang pretty boy yang terlalu perduli dengan penampilan luarnya, kurang ada "isi"nya bahkan mungkin saya akan menduga dia memakai krim perawatan haha. Thank God that doesnt happen. Jadi dari sekedar pria metroseksual, a pretty boy, saya bisa beralih menyebut dia a good looking gentleman haha.

Juga satu Gyugyu (paman) saya, beliau mukanya cuek abis yang gak peduli sama sekali dengan sekitarnya, tampang sombong angkuh, kalau bahasa jawa kasarnya "Rai Kaplokan" haha.... soalnya kalo lihat mukanya pasti pengin nampar tuh hihihihihi.... tapi, dibalik mukanya itu, ketika temannya kecanduan narkoba, lalu kena hukuman dan bangkrut. Beliau menyuruh temannya datang ke Caruban, dicarikan kontrakan rumah, dibantu pindahan sampai dikasih perabot dan dibantu banyak banget sampai temannya bisa settle. Dan temannya itu adalah Engkong depan rumahku yang bermuka unik, dengan tembok yang terpajang lukisan muka Einstein ditambah ada borgol menggantung disebelahnya. Tapi si Engkong ini pun orangnya super baik dan sahabat anak kecil tuh, semuaaaaa keponakan saya cinta Engkong hahaha. 

Agak aneh membaca blog hari ini? oh ya... hari ini kan 17 Agustus maksud hati mau memperingati dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar dalam menulis, dan saya sadar... it's so darn hard!! Ternyata bahasa saya selama ini terlalu campur aduk dan tidak baku sama sekali hahaha.... Yah semoga kedepannya saya bisa lebih sering berbahasa formal yah hahaha.. 

Memang kita menilai buku pertama dari sampulnya, tapi kita bisa melanjutkan dengan membaca sinopsisnya lalu membaca dan memahami isi buku tersebut halaman demi halaman, sehingga penilaian kita tidak hanya berdasar apa yang tampak di luar. Dan lebih dari itu, kenakanlah kasih karena hanya kasih yang bisa membuat segalanya jadi lebih indah ;)

Hidup indonesiaku! Merdeka!!

Komentar