Randomly Sad

Sedih.

Ya, begitulah perasaan saya sekarang ketika membaca berita akhir-akhir ini.
Kasus phedofil yang meruak recently, namun ternyata sudah ada history yang cukup panjang tersembunyi rapi dibalik institusi yang seharusnya melindungi.
Beberapa pembunuhan wanita hamil, ataupun mayat yang dibiarkan tergeletak di jalan tol.
Remaja stabbing his friend, HANYA karena ditolak ketika mengajak korban ke pesta prom sekolah.
Dan banyak lagi....

Dulu saya sering mendengar beberapa teman mengatakan:
"Wah was-was punya anak perempuan jaman sekarang, banyak kasus perkosaan, enakan punya anak laki" (yang ngomong kebetulan gak punya anak perempuan sih, ini mungkin hanya kalimat penghiburan diri) Namun dengan adanya kasus phedofil ini, ladalah... anak cowok pun di sodomi. Bangsat abis kan orang2 itu!

As a 31 y.o. and single, I don't deny that hormone factor showing off itselves. Starting the dreams that suddenly came up out of control, sparkling eyes when looking at sexy six packs body, longing feeling of some intimate moments, ... well naturally-matured hormone can't lie.
But the thing is, normal people won't be arose by kids!! God made man and women a pair, look at how your genital designed! Women are conceiver, and men are giver. (itu tuh... alat kelaminnya satu kan 'selang' buat nyemprot, satu nya lubang 'lahan' untuk menanam toh?)
God made women desire and craving for men and vice versa.  Tapi, ya memang sih manusia punya free will untuk memilih, mengikuti rancangan the Creator atau melenceng.

Saya mencoba menduga-duga kenapa kok mereka jadi phedofil ? Apa karena anak kecil itu gak mungkin bisa hamil dan paling gampang dibujuk juga murah meriah cuman modal pake permen? Entah apapun alasannya, terkutuklah mereka!

Lalu wanita-wanita hamil yang dibunuh. Insting detektif saya (bukan fakta loh, tapi kesimpulan sendiri) mengatakan, mereka adalah pacar-pacar pria2 beristri yang kemudian si cowok takut ketahuan lalu dibunuh deh jawaban singkatnya. Pembunuhan adalah dosa, tapi berselingkuh dengan orang kan juga dosa, jadi...siapa yang salah? Bermain api dan terbakar sendiri judulnya kalo boleh saya simpulkan.
Apakah karena nafsu manusia  yang tinggi? atau gelora hasrat yang tidak tersalurkan?

People try to blame it to the modern technology and internet for their weird or hyper sexual desire. Memang sih, media dan lingkungan sangat berperan pada sikap dan sifat seseorang, tapi menyalahkan keadaan dan menghindari ataupun melarang kemajuan teknologi juga bukan solusi kan?
Sejak jaman dahulu kala, masa internet belom ada, bahkan surat menyurat ajah masih ribet pake tinta dan gulungan kulit, ketika itu namanya "Sodom dan Gomora" sudah terkenal!
Mungkin Tuhan di atas sana juga sedih kala itu sehingga memutuskan untuk melenyapkan Sodom Gomora, bahkan seluruh umat manusia sewaktu jaman Nuh.
Lah jangankan sama anak kecil atau sesama jenis, bahkan sama binatang ataupun benda mati mereka melakukannya! Duluuuu waktu baca ayat ini di Alkitab untuk pertama kalinya, saya mikir, kenapa Tuhan jaman itu memperingatkan larangan seperti itu yah? Ternyata, memang manusia nalurinya selalu mengarah untuk berbuat dosa. Semakin dilarang, semakin dicoba.

Janganlah engkau berkelamin dengan binatang apapun, sehingga engkau menjadi najis dengan binatang itu. Seorang perempuan janganlah berdiri di depan seekor binatang untuk berkelamin, karena itu suatu perbuatan keji.- Imamat 18:23-

Lalu kalo kasus anak remaja yang saling dengan mudah sakit hati, dan dengan gampang mengambil nyawa orang lain, apa karena nonton film? Bisa juga sih, tapi media itu tetaplah benda mati buatan manusia yang seharusnya dirancang untuk kemajuan peradaban manusia, ironisnya, memang maju dan berkembang sih, tapi kurang beradab.

Sebagai contoh perkembangan jaman yang saya kurang suka adalah, kurang-bermoralnya anak-anak jaman sekarang. Lucunya, negara Timur yang katanya "kental" dengan etika santun dan moral yang tinggi justru semakin liar merajalela melebihi budaya barat sendiri. Contoh yang mudah sih, ketika saya tinggal di Australia, sepasang kekasih berciuman dimana-mana itu adalah hal yang lumrah dan pemandangan sehari-hari. Dari ciuman yang biasa, ataupun yang becek sampe bunyi2 risih. Tapi paling gak, sejauh yang saya alami, mereka tidak terlalu "memaksakan" ciumannya, maksudku mereka melakukannya ketika menunggu bis, atau boleh dibilang saat "senggang". Tidak demikian pemandangan yang saya lihat di China, ketika orang berdesak-desak di dalam kereta sepasang remaja berciuman 'klamutan' di tempat duduk sedang di depannya ada orang yang lebih tua berdiri dan kondisi kereta waktu itu berdesak-desak. Otak mereka keknya abis kebentur sesuatu lalu kececer dipinggir jalan ilang separuh deh pasti.

Padahal, saya masih ingat benar nilai-nilai etika yang diajarkan kungkung dan mama bahwa harus begini begitu sama orang yang lebih tua, bahkan waktu kita kecil dan ada orang lebih tua lalu tidak menyapa mereka, habis deh dimarahin. Jadi, sopan dan santun itu harusnya sudah alami ada dalam makhluk budaya Timur, tragisnya, kenyataan tidak berkata demikian. Ketika berkunjung keliling Aussie bulan lalu saya justru kagum dengan etika hidup orang bule, dimana mereka lebih sopan, tahu berterima kasih dan lebih tau etika pake banget.
Dunia serasa terbalik, banyak bule-bule itu yang lebih sopan, manis dan "gentleman", juga banyak pemandangan bule2 punya banyak anak! Sedang orang asia yang duluuuuu anaknya banyak-banyak malah semakin malas punya anak, malas ribetnya kali yah.

Seorang teman baru saja bercerai (huffff) dan salah satu alasannya (dari kesimpulan saya sendiri), karena ceweknya (kayaknya) terlalu berprinsip free-lifestyle yang maunya having fun only dan gak mau berkomitmen ataupun ribet menjalankan peran sebagai istri yang banyak aturannya, harus melayani suami, nurut dll. Sebenarnya masih misteri sih, secara masa pacaran mereka lebih lama dibanding lamanya waktu merit yang hanya bertahan 6bulan! hmmm...Itu pasti video kawinannya ajah belom kelar digarap, sayang uang gedungnya *pelit mode*

Blog hari ini mix-random banget, saya sendiri gak jelas kenapa nulis ini dan apa hubungannya antara satu kasus ke kasus yang lain. Tapi saya bisa menarik satu kesimpulan, semua kejadian itu ada kesamaannya: Emosi dan Nafsu.
Entah itu nafsu sex yang aneh, dan emosi yang terpendam tertutup kedok title "pengajar".
Atau nafsu membunuh yang dipicu emosi yang meluap liar dan kalap.
Apapun alasannya, sebagai manusia kita semua tanpa terkecuali sangat bisa jatuh ke lubang yang sama,  we are vulnerable. Itulah mengapa kita disebut manusia, karena kita bukan Tuhan.
Kalau Tuhan, Dia selalu dalam kendali, God is in control!
Dan sadarlah wahai manusia, kita masih butuh Tuhan disetiap hembusan nafas hidup kita, bahkan kita perlu DIA untuk "melawan" diri kita sendiri yang penuh dengan emosi dan hawa nafsu.

So, let's back to the original plan, we were created to bring glory to God and living peacefully loving each other.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. 
Efesus 2:10



*** Saya bukan pengamat sosiolog, bukan orang suci atau rasul, bukan pakar keagamaan ataupun "ahli taurat", bukan pula psikolog ataupun pemikir. Saya hanya menuliskan apa yang tiba-tiba mampir di otak dadakan. Jadi ini bukan teori baru ataupun mengharuskan seseorang untuk setuju, tulisan-tulisan ini spontan adalah hobby. Jadi bila ada golongan tertentu yang kurang setuju ataupun tersindir atau apalah itu, ya saya minta maaf, tapi coba tanya lagi kenapa kok bisa tersindir, perlu introspeksi mungkin? hihi :P















Komentar

Posting Komentar