Pelajaran Obat Kumur

3 Mei 2020 dan sudah satu bulan lebih kita semua bertagar #DiRumahAja.

Bagaimana kabarnya semua? Masih terus dibetahin dulu deh yah di-rumah-aja nya. Setidaknya kita bisa berkontribusi sedikit lah dengan hanya mengurangi aktivitas serta menjaga jarak fisik.

Baru kali ini dalam sejarah hidup saya mengalami sebuah situasi pandemi seperti yang sekarang terjadi. Tahun 2002 lalu pernah sih ingat ada SARS, namun sepertinya tidak menyebar seluruh dunia terpapar seheboh seperti Covid-19 ini.
Sekarang punya uang pun belom tentu bisa bertahan hidup bila tubuh lemah dan kondisi tidak memungkinkan. Kondisi yang saya maksud adalah, ketika virus ini menyerangnya tiba-tiba lalu mendadak sesak nafas dan tidak ada alat bantu nafas tersedia.
Sebagian orang-orang berbelanja dengan panik, dan ada getok-tular karena yang maunya berbelanja biasa namun lihat stoknya semakin susah jadi ikut-ikutan belanja banyak pula.
Setiap hari ada konferensi pers dan update dari juru bicara yang mengumumkan jumlah korban.
Beberapa orang ber-teori ini itu tentang asal muasal virus dan beberapa konspirasinya.
Tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah, semua home-schooling, extra blessing in disguise  untuk sebagian anak yang otomatis lulus tanpa bersusah-susah ujian nasional.
Mudik dilarang.
Ibadah online.
Premier Film ditunda.
Liga-liga olahraga, konser dan apapun yang bersifat mengumpulkan orang banyak ditiadakan, dilarang bahkan.
Pernikahan pun tidak dianjurkan, kecuali yang cuman ijab atau pemberkatan saja dengan minim jumlah orang.
Harga minyak dunia merosot sangat tajam.
Saham-saham anjlok.
Banyak perusahaan tour & travel garuk-garuk pantat.
Mall-mall sepiii.
PHK dadakan tak terhindarkan.
Masker, APD (=alat pelindung diri), disinfektan dan alat-alat kesehatan lebih diburu dari emas. Bahkan banyak perusahaan/instansi yang beralih memproduksi atau menjual masker.

Saya sendiri masih belom bisa kembali pulang ke pelukan BabangSuami karena Kedutaan Jerman tutup sampai waktu yang belum ditentukan, dan visa saya juga belum diterbitkan. Jadi sementara pun kami berjarak jauhhhhhh,  sedih sih, tapi berusaha untuk tetap disyukuri bahwasanya kami semua dalam kondisi sehat, kerjaan juga lancar dan project Babang juga terus jalan ... banyak orang hari-hari ini untuk bertahan hidup saja susah.
Yahhh anggap ajah kita, pasangan beda warga negara ini, di kasih kesempatan untuk kembali mengulang masa-masa pacaran pakai videocall haha.

Covid-19 atau nama panggungnya Novel Coronavirus ini sementara hanya bisa dilawan dengan antibodi kita masing-masing dan ketaatan untuk mengurangi aktivitas juga menjaga jarak supaya tidak terpapar, serta kedisiplinan untuk kebersihan diri sehingga tetap sehat dan berstamina prima. Terdengar simple yah sebenarnya, namun pelaksanaannya ternyata tidak mudah.

Sebagian orang yang mengatasnamakan kebebasan dan hak asasi manusia tetap berkeliaran semaunya sendiri, meremehkan himbauan pemerintah, merasa lebih tahu dan dengan egois melupakan bahwa mereka punya potensi sebagai kurir virus. Manusiawi.

Saya pun manusia dan sangat sering terjadi momen dimana untuk taat, disiplin, tidak egois, tidak sok-tahu merupakan perkara sulit. Apalagi kita berhadapan dengan "musuh" yang tidak terlihat. Kalau perang jaman dulu, ada bom ada peluru, kita tidak akan menuntut hak jalan-jalan di Mall bahkan dengan sukarela ngumpet di dalam bunker supaya tetap bertahan hidup. Namun ketika sang lawan tidak kelihatan kasat mata, lalu gejala yang tampak hanya "seremeh" flu yang sudah jadi teman kita sehari-hari, kenapa lebih sukar bagi kita untuk sukarela taat dan lebih condong membuat kita meremehkannya?

Beberapa waktu yang lalu saya sempat sakit batuk yang cukup lama, yang membuat saya jadi rutin pakai obat kumur. Cairan kumur merk L*st*r*n* ituh favorite saya (bukan iklan yah), namun pengalaman terakhir kemaren saya sempat kesulitan membuka penutup botolnya. Bisa sih terbuka, tapi selalu dengan tenaga extra dan tangan saya jadi merah semua. Di bagian ulir penutup botol itu ada seperti dua "gigi" yang saya pikir itu bagian dari segel yang tidak berhasil patah. Jadi saya sampai mengeluarkan energy maksimal dipusatkan di tangan untuk membuka kemasan setiap hendak berkumur. Dan itu terus berulang sampai habis 250ml!!!

Dongkol, itu yang saya rasakan setiap hendak dan setelah berkumur, pernah saya berpikiran untuk memberitahukan ke salesnya atau orang pabriknya (kadang ada jadwal rutin mereka kunjungan ke toko) kenapa kok bikin kemasan susah amat dibuka. 
Sampai suatu hari mau tidak mau saya ambil si L yang baru (ya karena yang lama sudah abis dipakai) dannnn ketika sedang membuka kemasan baru, barulah saya sadar ada tulisan di pojok kiri bawah beserta gambar cara membuka!

Ironisnya saya tidak melihatnya selama ini, saya hanya melihat apa yang mau saya lihat ajah. Seperti ketika kita melihat sesuatu melalui sebuah jendela, sebesar jendela itu sajalah kita bisa melihatnya kan? Kecuali kita melongok keluar jendela dan taraaaaaaa pemandangannya lebih luas.
Padahal loh yah, disitu tertera dengan jelas gambar juga tulisan: 
Tutup botol yang didesain khusus agar aman untuk anak-anak.
Dengan bahasa lain: biar anak-anak gak bisa buka jadi aman gak dibuat mainan gituuuu.

Jlebbb... saya merasa sangat tolol kuadrat!

Setelah menertawakan kebodohan diri sendiri lalu saya merenung, bukankah seringkali kita demikian? Sok tahu dan merasa "kemaren-kemaren" selalu bisa tuh buka dengan cara ini.
Jarang sekali kita mau membaca panduan dan label (kalau orang luarnegri sih saya menemukan bahwa mereka lebih suka membaca label sih, contoh terdekatnya: BabangSuami, beliau bahkan membaca detail berapa-berapa kandungan gula, nutrisi dan lain-lain), namun untuk saya dan saya yakin orang Indonesia pada umumnya pasti banyak yang tidak membaca sebelum membeli.

Lalu, sudah gak suka baca ehhhh suka sekali langsung mau nyalahin orang lain, dikasus saya kemarin: duuuhhh ini pabriknya kok bikin botol bodoh amat hahaha.
Nge-bodoh-in si pabrik padahal ini justru inovasi terbaru mereka supaya lebih aman. 
Sewaktu saya bagikan cerita bersama obat kumur L ini ke group youth komsel-online gereja kami, beberapa tertawa dan ada dua yang menceritakan bahwa mereka juga mengalami percisssss seperti yang saya alami, bahkan ada satu teman yang balik lagi ke tokonya dengan tujuan untuk menukarkan barang, soalnya botolnya gak bisa dibuka, dan setelah tahu cara bukanya dia tidak pernah kembali lagi belanja di toko itu, menghindari malu katanya hahaha.

Enggan membaca, malas belajar apalagi mempelajari panduan, hanya melihat yang mau kita lihat, ditambah kita lebih senang memakai apa-yang-sudah-kita-tahu tentang sesuatu, lalu dengan sok-tahu menjalaninya dengan cara yang sama seperti yang lalu lalu.
Bagaimana bila sesuatu itu belom pernah terjadi seperti si Covid ini? Lebih kacaunya, dia virus yang pintar akting! Nyamarnya mirip flu padahal kalau terpapar pada tubuh dengan kondisi tertentu bisa mematikan instant.

Tuhan juga tidak kelihatan kasat mata, bukan virus, tapi Sang Pencipta semesta, yang Maha Kuasa dan Agung namun karena tak-terlihat juga turut "diremehkan", tidak dipedulikan dan dianggap angin lalu bahkan ada yang menganggapNya tidak ada. Sedihnya di sisi lain, tidak sedikit juga yang kebablasan tentang agamanya. Mengapa saya kategorikan kebablasan? Karena terlihat mematuhi semua aturan keagamaan, bahkan berkata-kata dengan bahasa sopan dan rohani, juga berpakaian tertentu namun tidak ada kasih di dalamnya. Tuhan adalah kasih, jadi kalau tidak ada kasih yaaaaah mirip dan sejenis dengan menyebut tidak ada Tuhan, hanya agama saja.

Tuhan juga memberikan kita panduan untuk dibaca dan ditaati, namun sering kali kita berperilaku seperti saya ketika menggunakan obat kumur, tidak membaca! Dan besar kemungkinan karena saya bersikap seperti anak-anak. Hanya anak-anak yang umurnya masih kecil banget, tidak mengerti mana yang baik/buruk dan tidak bisa membaca panduan cara membuka botol itu. Karena, kalau anak-anak pakai botolnya buat mainan dan tidak mengerti cairan apa itu biru-biru lucu lalu diminum atau kena mata memang bisa bahaya.

Kata kuncinya: taat dan tekun.
Taat pun harus tekun, kalau taat cuci tangan tapi gak tekun lalu suatu waktu lupa cuci trus pas ada virus nemplok kan yah percuma.
Dan kita bisa lebih taat bila kita lebih rendah hati. Rendah hati menghasilkan kesadaran kalau kita tidak maha tahu, bahwasanya ada yang LEBIH tahu dan lebih punya kapasitas tentang sesuatu.

Pemerintah pasti tidak sembarangan, Pak Presiden seharusnya lebih tahu dari kita, karena beliau bersama jajaran staff wajib punya info lebih, kalau anda merasa lebih tahu ya coba deh besok-besok nyalon jadi Presiden, kalauuuu kemungkinan jadi RT ajah belom tentu ada yang milih, dilarang belagu!
Saya pun kadang ada rasa kurang-puas dengan kinerja pemerintah atau menteri-menteri nya, tapi yahhhh sama-sama manusia, kita maklumkan ajah sambil didoakan dan berusaha membantu mereka sebisa kita, dan kali ini kita bisa membantu dengan salah satu option yang cukup hanya dengan rebahan! Ndak ngono wae kok angel mennn. #gemas

Tuhan sudah pasti lah MAHA segala-galanya, jadi kalau lain kesempatan timbul kecenderungan untuk tidak taat, bisa dicoba bikin proposal untuk jadi Tuhan.
Coba ciptakan makhluk yang lebih nyebelin dari kecoak, yang punya hobby bikin surprise tiba-tiba bisa clurut-clurut keluar dari lubang drainase, trussss  kalo pas mau ditamplek doi terbang ke muka kita ngebet nge-kiss sambil ngeluarin bau-bauan yang yeekkkkkkkkkk. Kalau anda masih merasa anda bisa membuatnya, jangan sok dulu dan merasa sudah bisa menyamai, itu hanya satu dari bermilyar-trilyun makhluk yang diciptakan Tuhan. Kita bisa bernafas ajah semua juga hanya karena perkenanan Tuhan, it's all by God's grace only! 

Mungkin kalo gaya-gayaan dirumuskan jadi gini:
Dengar/baca/mengerti ---> iman / kepercayaan timbul ---> harapan ada ---> taat ---> kelakuan
--->  ketekunan ---> hasil


Kita baca/dengar dan mengerti bagaimana penanganan virus ini, kita percaya dan ada harapan bahwa dunia akan disembuhkan Tuhan suatu hari nanti, kita taat mendukung dengan berkelakuan bersih menjaga kesehatan diri dan dilakukan dengan tekun secara terus menerus, semoga ada hasil dan dunia segera sembuh, terlebih penting saya segera bisa kumpul bersama BabangSuami!
Aminnnnnn.



Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
- Roma 10:17 -

 Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
- Ibrani 10:36 -

















Komentar